TAHUKAH ANDA BATIK MATOA SARONO RAHARJO - Kabupaten Pasuruan

TAHUKAH ANDA BATIK MATOA SARONO RAHARJO

2212x dibaca    2017-10-02 09:36:25    SukorejoSmart

TAHUKAH ANDA BATIK MATOA SARONO RAHARJO
TAHUKAH ANDA ?
BATIK MATOA SARONO RAHARJO

Kecamatan Sukorejo adalah salah satu kecamatan yang memiliki potensi lain dari pada yang lain. Potensi tersebut tak lain adalah Buah Matoa yang aslinya tumbuh dan berkembang di Papua, dan di Kecamatan Sukorejo ada 4.000 pohon yang sudah berumur 3 tahun serta 10.000 bibit yang sudah ditanam disetiap perkebunan dan halaman rumah penduduk menyebar di 19 desa Kecamatan sukorejo

Keberadaan buah Matoa di Kecamatan Sukorejo tentu saja tak lepas dari inovasi Camat Sukorejo, Diano Vela Verry yang melihat adanya peluang besar untuk menjadikan Kecamatan Sukorejo sebagai City of Matoa alias Kota Matoa.
Betapa tidak, usaha yang sudah dirintis sejak awal 2015 lalu lambat laun membuahkan hasil.

Bukan hanya bibit Matoa yang terus besar dan berkembang, beragam menu makanan dan minuman hasil olahan Matoa yang sudah mulai menyebar ke mana-mana, akan tetapi menjadikan Kecamatan Sukorejo sebagai daerah penghasil “Batik Matoa” satu-satunya di Indonesia umumnya pasuruan kususnya..

Bersama Fery Sugeng Santoso, sang penggagas Batik Matoa, Camat Diano mulai memperkenalkan Batik Matoa khas Kecamatan Sukorejo, yakni Sarono Raharjo (sarana yang membawa kesejahteraan bagi sesama,red) kepada khalayak publik.

Batik Matoa sendiri memiliki keunikan tersendiri bila dibanding dengan batik-batik yang lain. Keunikan tersebut tak lain dari motif Sarono Raharjo, yakni buah dan bunga serta tangkai Matoa yang menghiasi setiap lembar kain batik itu sendiri.

Menurut Fery, semua batik yang dia buat adalah batik tulis yang seluruhnya menggunakan pewarna alami, dan dikerjakan oleh 8 orang pegawainya.

“Kalau seumpama Sukorejo sudah penuh dengan buah Matoa, maka semakin mudah bagi kami untuk mendapatkan pewarna alami. Tapi dalam beberapa tahun ke depan, Sukorejo akan kaya dengan Matoa,” kata Fery di sela-sela menyelesaikan pesanan batik Matoanya,

Diakuinya, membuat satu lembar kain yang penuh dengan motif Matoa memerlukan waktu antara 2-3 hari.
Seluruh proses pembatikan harus dilakukan dengan detail agar menghasilkan motif Matoa yang sesuai dengan pesanan.

“Membatik itu tidak sama dengan menulis, sehingga memerlukan ketelatenan dan kesabaran, Kalau grusa-grusu, jadinya jelek dan tidak memuaskan atau tidak karuan hasilnya.” katanya.

Kita ingin mencari pegawai dengan sebanyak-banyaknya, karena sekarang ini jumlah pesanannya membludak, sedangkan tenaga yang kami punyai tidak banyak,” jelasnya.

Jumlah pesanan batik Matoa yang harus dikerjakan sudah mencapai lebih dari 500 lembar, dan itu semua bukanlah batik printing, melainkan batik tulis.

“Untuk Pesanan batik Sarono Raharjo, Alhamdulilah suda ada yang pesan mulai dari kepala desa hingga perangkat di bawahnya, KUD, perusahaan dan masyarakat umum.” kata Fery,

Batik tersebut dibanderol dengan harga Rp. 200 ribu hingga Rp. 4,5 juta. “Kalau printing saya menyebutnya bukan batik. Batik itu harus ditulis, karena akan menghasilkan karya yang betul-betul hand made alias dibuat oleh tangan kita sendiri, bukan mesin.” lanjutnya.

“Makanya, saya terus mencari warga yang tertarik untuk membatik,” terang pria yang punya gaya eksentrik itu.

Sementara itu, Camat Diano terus berusaha untuk memperkenalkan Batik Matoa Sarono Raharjo itu kepada masyarakat luas, dengan cara selalu mengenakan batik tersebut di semua acara, khususnya acara resmi.

Cara tersebut mendapat sambutan baik dari Bupati Pasuruan, HM Irsyad Yusuf yang mendukung penuh langkah Diano dalam mempopulerkan Batik Matoa Khas Sukorejo itu.

“Saya pastikan selalu memakai batik Sarono Raharjo, dan kebetulan ketika pembukaan ‘Satrya Emas’ beberapa waktu lalu, batik ini menang juara satu dalam lomba batik antar kecamatan. Dari situ juga akhirnya semakin menambah semangat untuk menggelorakan batik Matoa ini dan membudaya di kecamatan sukorejo setiap tanggal 23 memakai batik matoa,” ujar Diano di sela-sela kesibukannya.

Tak muluk-muluk, Diano hanya berharap agar para wisatawan mengenal Kecamatan Sukorejo sebagai daerah penghasil batik Matoa satu-satunya di tanah air. “Kalau orang menyebut batik matoa, pasti menyebut juga Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan.” pungkasnya

Source: http://www.faktapers.com/batik-matoa-khas-kecamatan-sukorejo-ala-sarono-saharjo.html

Komentar (0)

  1. Belum ada komentar

Tulis Disini