CAMAT DIANO GANDENG UB DALAM PEMBERDAYAAN EMBUNG MELALUI PROGRAM DOKTOR MENGABDI - Kabupaten Pasuruan

CAMAT DIANO GANDENG UB DALAM PEMBERDAYAAN EMBUNG MELALUI PROGRAM DOKTOR MENGABDI

1867x dibaca    2019-11-28 15:17:00    SukorejoSmart

CAMAT DIANO GANDENG UB DALAM PEMBERDAYAAN EMBUNG MELALUI PROGRAM DOKTOR MENGABDI

CAMAT DIANO GANDENG UB DALAM PEMBERDAYAAN EMBUNG MELALUI PROGRAM DOKTOR MENGABDI

Untuk Meningkatkan Manfaat Embung Biting Bagi Warga Sekitar Desa Sukorame Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan

Pada tahun 2006, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumberdaya Air telah membangun Embung Biting yang terletak di desa Sukorame Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan. Embung pada awalnya dimanfaatkan untuk menampung air hujan atau air dari sumber lain agar tidak langsung mengalir ke bawah. Akan tetapi sebenarnya manfaat embung dapat ditingkatkan lebih dari itu, sebagaimana disampaikan oleh Masyarakat Desa Sukorame Kec. Sukorejo pada saat melakukan pertemuan dengan masyarakat sekitar embung bersama tim Doktor Mengabdi (DM) dengan topik Pemberdayaan Usaha Budidaya Perikanan dari Universitas Brawijaya. Kegiatan DM merupakan salah satu bentuk perwujudan Tri Darma Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kecamatan dan Universitas Brawijaya, Melihat potensi perikanan tersebut maka Tim kemudian melakukan komunikasi dengan pimpinan daerah melakukan pengembangan dalam pemanfaatan Embung sebagai sarana produksi perikanan komoditas ikan air tawar.

Camat Sukorejo Bapak Diano Vela Fery Santoso, S.Sos., M.A. yang sekarang juga masih menempuh Program Doktor Ilmu Lingkungan di UB Malang sudah tentu familiyer dengan teori lingkungan, di depan masyarakat dan tokoh masyarakat serta tim Doktor mengabdi menyampaikan, “Masyarakat sekitar harus bisa memanfaatkan Embung Biting sebagai salah satu sumber ekonomi, berbekal keterampilan dan itu kembali pada semangat kita dan tekad kita. Semua perlu proses, dan Insya Allah dengan teknologi proses itu bisa dioptimalkan”.

Sementara itu ketua tim DM Dr. Yuni Kilawati S.Pi, M.Si menyampaikan bahwa salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan teknologi keramba tancap. Tidak seperti penebaran benih pada kegiatan sebelumnya, yang telah dilakukan penebaran benih ikan Nila sebagai upaya restocking pada sumberdaya hayati alami ikan di Embung, penggunaan keramba ini diharapkan dapat dilakukan analisa seberapa produktif budidaya ikan yang dihasilkan. “Kami membawa mitra yang ahli dalam desain keramba, yang diharapkan dapat memberi masukan yang pas desain keramba seperti apa yang cocok dengan kondisi embung biting. Berdasarkan hasil penelitian yang digagas oleh tim Doktor Mengabdi (DM) yang diketuai oleh Dr. Yuni Kilawati, S.Pi. M.Si dengan dua orang anggota yaitu Adharul Muttaqin ST.MT. dan Dr. Yunita Maimunah, M.Sc menunjukkan bahwa air di embung Biting memiliki kualitas air yang baik dan memenuhi kebutuhan optimal budidaya perikanan. Penggunaan keramba tancap ini ternyata harus menghadapi masalah pendangkalan embung biting yang sangat cepat dan pertumbuhan enceng gondok liar yang juga sangat cepat. Keramba tancap memerlukan kedalaman air yang konsisten setidaknya 1m. Sebagai solusi, keramba tancap akan dipasang di tempat-tempat dengan kedalaman khusus yang dapat dijumpai ke arah hilir. Sedangkan pertumbuhan enceng gondok liar dapat diatasi dengan memberikan benih tumbuhan pesaing yang lebih bermanfaat misalnya pohon kangkung. Jika pertumbuhan enceng gondok tetap cepat, maka Pak Camat bersedia mecarikan vendor yang memerlukan pasokan enceng gondok sebagai bahan baku produksinya.

Tim DM juga menginduksikan pengetahuan tentang revolusi agroindustri generasi keempat (agroindustri 4.0) kepada masyarakat. Pelatihan pemahaman menghadapi Agroindustri 4.0 dilaksanakan di Desa Sukorame yang dibuka oleh Camat Sukorejo, dan dihadiri oleh perwakilan Babinsa, perangkat Desa yaitu kepala desa, sekretaris Desa, ketua RT dan RW di lingkungan Desa Sukorame, dan 30 orang peserta pelatihan dari pemuda Desa Sukorame. Materi Pelatihan disampaikan oleh anggota Tim DM yaitu Bapak Adharul Muttaqin, ST.MT. Materi pelatihan meliputi urutan periode revolusi industry 1.0 hingga 4.0. Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk membuka wawasan peserta bahwa perkembangan teknologi informasi telah banyak menggeser metode usaha agribisnis konvensional menuju usaha Agribisnis online. Pemanfaatan smartphone yang belum optimal di kalangan masyarakat desa dapat ditingkatkan sebagai sarana untuk informasi produk, kualitas dan kuantitas produk, harga jual dan ketersediaan produk pertanian dan perikanan.

Diskusi di sela-sela pelatihan menunjukkan warga Desa Sukorame antusias dan termotivasi untuk menggunakan smartphone sebagai sarana dalam membentuk jejaring dalam rantai produksi dan pemasaran produk pertanian dan perikanan. Pada akhir acara peserta pelatihan meminta Tim DM untuk menyelnggarakan pelatihan serupa dengan tema yang berbeda yaitu mengenai pemanfaatan berbagai aplikasi di smartphone dan teknis penggunannya. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan telah berhasil membuka wawasan masyarakat menghadapi revolusi Agroindustri 4.0 dan dan memanfaatkannya sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang pada akhirnya dapat meingkatkan pendapatan petani dan pelaku agroindustri lainnya.

Kegiatan Pelatihan peningkatan produksi budidaya ikan yang tahan penyakit dihadiri oleh perwakilan Babinsa, perangkat Desa yaitu kepala desa, sekretaris Desa, ketua RT dan RW di lingkungan Desa Sukorame, dan 40 orang peserta pelatihan dari pemuda Desa Sukorame. Materi Pelatihan disampaikan oleh anggota Tim DM yaitu Ibu Dr. Yunita Maimunah S.Pi,M.Sc bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada peserta mengenai persyaratan untuk budidaya ikan yang baik sesuai dengan (Kepmen KP Nomor: KEP. 02/MEN/2007). Konsep CBIB adalah cara memelihara dan/atau membesarkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol sehingga memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan dari pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, pakan, obat ikan, bahan kimia, bahan biologis, serta memperhatikan keseimbangan ekosistem dan lingkungan.

Sesi diskusi diikuti dengan antusias oleh seluruh peserta pelatihan yang ditunjukkan dengan banyaknya pertanyaan mengenai teknik-teknik budidaya antara lain, 1) kedalaman air yang ideal untuk budidaya ikan, 2) rasio minimal kepadatan ikan yang ditebar dengan luasan wadah budidaya dan pemanfaatan pakan alami secara efektif untuk usaha pembesaran ikan, selain itu juga ditanyakan ukuran panen ikan yang dapat dipasarkan. Narasumber juga memberikan motivasi kepada peserta bahwa secara ekonomi harga produk hasil pertanian maupun perikanan yang diproduksi secara organic, yaitu budidaya secara ramah lingkungan, memiliki nilai ekonomis 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan produk anorganik. Peserta sangat tertarik dengan penjelasan narasumber mengenai budidaya organic dan ramah lingkungan dan meminta untuk dapat diselenggarakan kegiatan lanjutan terkait produksi, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian organik.

Komentar (0)

  1. Belum ada komentar

Tulis Disini